Neoliberalisme yang
juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada
filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan
redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori
perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak
penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada
penciptaan distorsi dan hight cost ekonomy yang
kemudian akan berujung pada tindakan korutif .Paham ini memfokuskan
pada asar bebasa dan perdagangan merobohkan hambatan
untuk pergadangan internasional dan investasi agar
semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari
meningkatkan standar masyarakat atau rakyat sebuah negara
dan moderenisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan
dan mengalirnya investasi.
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas
Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan
politik muultilateral, melalui berbagai kartelpengelolaan
perdagangan seperti wto dan bank dunia Ini
mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum.
Neoliberalisme melalui ekonomi pasar bebas berhasil menekan intervensi
pemerintah (seperti paham keynesianisme ), dan melangkah sukses dalam
pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan
efisiensi korperasi neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau
mengurangi kebijakan hak-hak buruh seperti upah minimum dan
hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme
proteksionisme dan envitonmentalisme Secara
domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan poteksionisme, tetapi
kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk negara lain
untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan
bagi erdagangan adil dan gerakan lainnya yang
mendukung hak hak buruh dan keadilan sosial yang
seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam hubungan
internasional dan ekonomi.
Bagi kaum ,liberal pada
awalnya kaitalisme dianggap menyimbolkan kemajuan pesat
eksistensi masyarakat berdasarkan seluruh capaian yg telah berhasil dinraih.
Bagi mereka, masyarakat pra-kapitalis adalah
masyarakat feodal yang penduduknya ditindas.
Bagi John locke , filsuf abad 18, kaum liberal ini
adalah orang-orang yg memiliki hak untuk 'hidup, merdeka, dan sejahtera'.
Orang-rang yang bebas bekerja, bebas mengambil kesempatan apapun, bebas
mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk 'hancur', bebas
hidup tanpa tempat tinggal, bebas hidup tanpa pekerjaan.
Kapitalisme membanggakan kebebasan seperti ini sebagai
hakikat dari penciptaannya. dan dalam perjalanannya, kapitalisme selalu
menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut. Misalnya masalah upah pekerja,
menurut konsepsi kapitalis, semua keputusan pemerintah atau tuntutan publik
adalah tidak relevan.
Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah
kebebasan, berarti: ada sejumlah orang yang akan menang dan sejumlah orang yg
akan kalah. Kemenangan dan kekalahan ini terjadi karena persaingan. Apakah anda
bernilai bagi orang lain, ataukah orang lain akan dengan senang hati memberi
sesuatu kepada anda. Sehingga kebebasan akan diartikan sebagai memiliki hak-hak
dan mampu menggunakan hak-hak tsb dengan memperkecil turut campur nya aturan
pihak lain. "kita berhak menjalankan kehidupan sendiri"
Saat ini, ekonom seperti Fiedrich Van
hayek dan Milton Friedman kembali mengulangi
argumentasi klasik Adam smith danJS
Mi;ton menyatakan bahwa: masyarakat pasar
kapitalis adalah masyarakat yg bebas dan masyarakat yang produktif.
Kapitalisme bekerja menghasilkan kedinamisan, kesempatan, dan kompetisi.
Kepentingan dan keuntungan pribadi adalah motor yang mendorong masyarakat
bergerak dinamis.
Kekalahan liberalisme
ejak masa kehancuran wall strett (dikenal dengan
masa depresi hebat atau hingga awal 1970-an, wacana
negeri industri maju masih 'dikuasai' wacana politik sosial
demokrat dengan argumen kesejahteraan.
Kaum elit politik dan pengusaha memegang teguh pemahaman bahwa
salah satu bagian penting dari tugas pemerintah adalah menjamin kesejahteraan
warga negara dari bayi sampai meninggal dunia. Rakyat berhak mendapat tempat
tinggal layak, mendapatkan pendidikan, mendapatkan pengobatan, dan berhak
mendapatkan fasilitas-fasilitas sosial lainnya.
Dalam sebuah konferensi moneter dan keuangan internasional yang
diselenggarakan oleh (PBB) di Bretton
Woods pada 1944 , setelah perang dunia
II Konferensi yang dikenal sebagai KONFERENSI Bretton
woods ini bertujuan mencari solusi untuk mencegah terulangnya
depresi ekonomi pada masa sesudah perang. Negara-negara anggota PBB lebih
condong pada konsep kesejahteraan negara sebagaimana
digagas oleh john maynars keynes Dalam konsep negara
kesejahteraan, peranan negara dalam bidang ekonomi tidak dibatasi hanya sebagai
pembuat peraturan, tetapi diperluas sehingga meliputi pula kewenangan untuk
melakukan intervensi fiskal khususnya untuk menggerakkan sektor
riil dan menciptakan lapangan kerja.
Pada kondisi dan suasana seperti ini, tulisan Hayek pada tahun 1944, The Road to Serfdom, yg menolak pasal-pasal tentang kesejahteraan dinilai
janggal. Tulisan Hayek ini menghubungkan antara pasal-pasal kesejahteraan dan
kekalahan liberal, kekalahan kebebasan individualisme
Kebangkitan Neoliberalisme
perubahan kemudian terjadi seiring krisis minyak dunia tahun
1973 akibat reaksi terhadap dukungan Amerika
Serikat terhadap israel l dalam perang yom
kippur , dimana mayoritas negara-negara penghasil minyak di timur
tengah melakukan embargo terhadap AS dan
sekutu-sekutunya, serta melipatgandakan harga minyak dunia, yang kemudian
membuat para elit politik di negara-negara sekutu Amerika Serikat berselisih
paham sehubungan dengan angka pertumbuhan ekonomi, beban bisnis, dan beban
biaya-biaya sosial demokrat (biaya-biaya fasilitas negara untuk
rakyatnya). Pada situasi inilah ide-ide libertarian sebagai wacana
dominan, tidak hanya di tingkat nasional dalam negeri tapi juga di tingkat
global di IMF dan world Bank
Pada tahun
1975 di amerika serikat Robert Nozick mengeluarkan tulisan
berjudul "Anarchy State and Utopia " , yang dengan cerdas
menyatakan kembali posisi kaumultra minimalis ultra linertarian sebagai retorika dari lembaga
pengkajian universitas, yang kemudian disebut dengan istilah
"Reoganomics"
Di inggris keith
joseph menjadi arsitek "Thatcherisme". Reaganomics
atau Reaganisme menyebarkan retorika kebebasan yang dikaitkan dengan
pemikiran Locke, sedangkan Thatcherisme mengaitkan dengan pemikiran
liberal klasik Mill dan Smith. Walaupun sedikit berbeda, tetapi
kesimpulan akhirnya sama: Intervensi negara harus berkurang dan semakin banyak
berkurang sehingga individu akan lebih bebas berusaha. Pemahaman inilah yang
akhirnya disebut sebagai "Neoliberalisme".
Paham ekonomi neoliberal ini
yang kemudian dikembangkan oleh teori gagasan ekonomi neoliberal yang telah
disempurnakan oleh Mazhab Chicago yang dipelopori oleh Milton
Friedman.
Neoliberalisme bertujuan
mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu
pada kebebasan.
Seperti pada contoh kasus upah
pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur
dalam penentuan gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya
ini urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si pekerja. Pendorong utama
kembalinya kekuatan kekuasaan pasar
adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada
usaha-usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah.
Tapi privatisasi ini tidak
terjadi pada negara-negara kapitalis besar, justru terjadi pada
negara-negara Amerika Selatan dan negara-negara miskin berkembang
lainnya. Privatisasi ini telah mengalahkan proses
panjang nasionalisasi yang menjadi kunci negara berbasis
kesejahteraan. Nasionalisasi yang menghambat aktivitas pengusaha harus
dihapuskan.
Revolusi neoliberalisme ini
bermakna bergantinya sebuah manajemen ekonomi yang berbasiskan persediaan
menjadi berbasis permintaan. Sehingga menurut kaum Neoliberal, sebuah
perekonomian dengan inflasi rendah dan pengangguran tinggi, tetap
lebih baik dibanding inflasi tinggi dengan pengangguran rendah. Tugas
pemerintah hanya menciptakan lingkungan sehingga modal dapat bergerak bebas
dengan baik.
Dalam titik ini pemerintah
menjalankan kebijakan-kebijakan memotong pengeluaran, memotong biaya-biaya
publik seperti subsidi, sehingga fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan publik
harus dikurangi.
Akhirnya logika pasarlah yang
berjaya diatas kehidupan publik. Ini menjadi pondasi dasar neoliberalism,
menundukan kehidupan publik ke dalam logika pasar. Semua pelayanan publik yang
diselenggarakan negara harusnya menggunakan prinsip untung-rugi bagi penyelenggara
bisnis publik tersebut, dalam hal ini untung rugi ekonomi bagi pemerintah.
Pelayanan publik semata, seperti subsidi dianggap akan menjadi
pemborosan dan inefisiensi.
Neoliberalisme tidak mengistimewakan kualitas kesejahteraan umum.
Tidak ada wilayah kehidupan
yang tidak bisa dijadikan komoditi barang jualan. Semangat neoliberalisme
adalah melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Misalnya dengan sektor sumber daya air,
program liberalisasi sektor sumber daya air yang implementasinya dikaitkan oleh
Bank Dunia dengan skemawatsal atau water resources sector
adjustment loan. Air dinilai sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya
pun harus dilakukan sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Dimensi
sosial dalam sumberdaya public goods direduksi hanya sebatas
sebagai komoditas ekonomi semata. Hak penguasaan atau konsesi atas sumber daya
air ini dapat dipindah tangankan dari pemilik satu ke pemilik lainnya, dari
satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme transaksi jual beli.
Selanjutnya sistem pengaturan beserta hak pengaturan penguasaan sumber air ini
lambat laun akan dialihkan ke suatu badan berbentukkorporasi bisnis atau
konsursium korporasi bisnis yang dimiliki oleh pemerintah atau perusahaan
swasta nasional atau perusahaan swasta atau bahkanperusahaan
multinasional dan perusahaan transnasional.
Satu kelebihan neoliberalisme
adalah menawarkan pemikiran politik yang sederhana, menawarkan penyederhanaan
politik sehingga pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain
apa yang ditentukan oleh pasar dan pengusaha. Dalam pemikiran neoliberalisme,
politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan nilai-nilai, sedangkan
secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu cara rasional untuk
mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran di luar rel pasar dianggap salah.
Penerapan agenda-agenda
ekonomi neoliberal secara mencolok dimotori oleh Inggris melalui pelaksanaan
privatisasi seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mereka.
Penyebarluasan agenda-agenda ekonomi neoliberal ke seluruh penjuru dunia,
menemukan momentum setelah dialaminya krisis moneter oleh beberapa Negara
Amerika Latin pada penghujung 1980-an. Sebagaimana dikemukakan Stiglitz,
dalam rangka menanggulangi krisis moneter yang dialami oleh beberapa negara
Amerika Latin, bekerja sama dengan Departemen keuangan AS dan Bank
Dunia, IMF sepakat meluncurkan sebuah paket kebijakan ekonomi yang
dikenal sebagai paket kebijakan Konsensus Washington.
Agenda pokok paket kebijakan
Konsensus Washington yang menjadi menu dasar program penyesuaian struktural IMF
tersebut dalam garis besarnya meliputi : (1) pelaksanan kebijakan anggaran
ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuknya, (2)
pelaksanaan liberalisasi sektor keuangan, (3) pelaksanaan liberalisasi sektor
perdagangan, dan (4) pelaksanaan privatisasi BUMN.
di Indonesia
Di Indonesia, walaupun
sebenarnya pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal telah dimulai sejak
pertengahan 1980-an, antara lain melalui paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi,
pelaksanaannya secara massif menemukan momentumnya setelah Indonesia dilanda
krisis moneter pada pertengahan 1997.
Menyusul kemerosotan nilai
rupiah, Pemerintah Indonesia kemudian secara resmi mengundang IMF untuk
memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat untuk mencairkan dana
talangan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib melaksanakan paket
kebijakan Konsensus Washington melalui penanda-tanganan Letter Of
Intent (LOI), yang salah satu butir kesepakatannya adalah penghapusan subsidi
untuk bahan bakar minyak, yang sekaligus memberi peluang masuknya
perusahaan multinasional seperti Shell. Begitu juga dengan kebijakan
privatisasi beberapa BUMN, diantaranya Indosat, Telkom, BNI, PT.
Tambang Timah dan Aneka Tambang.